Penyakit Tidur Dapat Menyebabkan Kematian. Benarkah Demikian?
Lalat Tsetse adalah salah satu jenis lalat yang banyak ditemukan di benua Afrika. Lalat ini dapat menyebabkan penyakit tidur jika Anda terkena gigitannya. Hal itu dikarenakan lalat Tsetse membawa parasit Typanosoma brucei yang mengakibatkan Anda mengalami penyakit tidur. Ciri lalat ini yaitu adanya kelopak mata yang besar dan memiliki moncong panjang (proboscis) berbentuk mirip jarum di bagian kepala seperti nyamuk. Penyakit tidur sebisa mungkin harus dihindari sebab dapat berakibat kesulitan tidur, koma, bahkan kematian.
Penyebab penyakit tidur
Penyebab penyakit tidur yang utama adalah parasit Typanosoma brucei yang dapat menginfeksi melalui gigitan lalat Tsetse. Parasit ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu Typanosoma brucei rhodesiense dan Typanosoma brucei gambiense. Berikut penjelasan lengkapnya.
- Typanosoma brucei rhodesiense
Parasit ini tergolong lebih ganas dibanding satunya dan banyak ditemukan pada Afrika bagian timur. Perkembangan gejala pada penderita penyakit tidur akibat Typanosoma brucei rhodesiense sangat cepat dan langsung menyerang sistem saraf pusat.
- Typanosoma brucei gambiense
Parasit Typanosoma brucei gambiense akan menginfeksi lebih lambat. Akan tetapi, pada masa awal penderita tidak akan menunjukkan gejala sehingga sulit dideteksi jika terkena penyakit tidur. Parasit ini banyak tersebar di Afrika bagian barat. Penyakit ini akan mulai menunjukkan gejala ketika sistem saraf pusat telah terserang.
Gejala penyakit tidur
Gejala penyakit tidur terbagi menjadi 2 tahapan. Pada tahap pertama dan kedua, gejala yang muncul akan berbeda. Berikut penjelasan lengkapnya.
- Gejala gangguan tidur tahap pertama
Berselang 3 minggu setelah terkena gigitan lalat Tsetse, gejala tahap pertama akan mulai muncul. Pada tahap ini gejala yang muncul belum terlalu parah seperti pada tahap dua. Beberapa penanda tersebut di antaranya yaitu penurunan berat badan, nyeri otot, pusing, demam intermiten, badan tidak fit, dan terjadi edema. Selain itu, biasanya akan muncul ruam yang terasa gatal di kulit dan adanya luka kecil setelah seminggu tergigit lalat Tsetse.
- Gejala gangguantidur tahap dua
Memasuki fase berbahaya, gejala lain akan mulai timbul yang digolognkan pada tahap kedua. Beberapa di antaranya yaitu terjadi anoreksia, tidak peka terhadap rangsangan, tremor, gangguan bicara, pingsan, dan koma. Apabila gejala ini sudah muncul, maka membutuhkan penanganan intensif dari dokter segera.
Gangguan tidur lainnya
Selain penyakit tidur yang disebabkan oleh infeksi parasit Typanosoma brucei, terdapat gangguan tidur lain yang juga menyebabkan kematian. Dua gangguan tidur seperti Fatal Familial insomnia (FFI) dan sleep apnea juga sangat berbahaya. Berikut penjelasan lengkapnya.
- Fatal Familial Insomnia (FFI)
FFI akan menunjukan berbagai gejala seperti insomnia akut, demensia, dan gangguan bicara. FFI menyebabkan kesulitan mengontrol ekspresi emosi dan tidur sebab struktur otak telah terpengaruh. Jika tidak ditangani, Ffi dapat menyebabkan kematian sejak satu tahun gejala awal muncul.
- Sleep Apnea
Sleep apneamerupakan kondisi kesulitan bernapas ketika tidur. Bahkan pada banyak kasus, penderita sleep apnea dapat terhenti napasnya ketika sedang tidur. Pria lebih rentan terkena penyakit sleep apnea. Selain itu, penyakit ini dapat menimbulkan penyakit lain seperti asma, diabetes, dan stroke.
Untuk mencegah terkena penyakit tidur, sebaiknya Anda menghindari gigitan lalat Tsetse selama di Afrika. Beberapa langkah bisa Anda terapkan untuk menghindari lalat Tsetse. Pastikan Anda menggunakan pakain tebal dengan warna netral sehingga tidak menarik perhatian lalat Tsetse. Ketika tidur gunakan kelambu. Anda juga perlu memastikan mobil yang akan digunakan bersih dan hindari ke semak-semak ketika siang hari. Untungnya, lalat Tsetse tidak ditemukan di Indonesia sehingga Anda tidak perlu terlalu khawatir.
Diposting pada : Jumat, 09 Oktober 20 - 10:35 WIB
Dalam Kategori : PENYAKIT TIDUR
Dibaca sebanyak : 452 Kali
Tidak ada komentar pada blog ini...
Anda harus Login terlebih dahulu untuk mengirim komentar
Facebook Feedback