Buta Warna Deuteranomali, Apakah Berbahaya untuk Kesehatan?
Deuteranomali merupakan salah satu jenis buta warna yang terjadi ketika penderitanya kesulitan mengidentifikasi warna merah dan hijau. Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja dan menjadi salah satu jenis buta warna yang paling umum.
Sebagian besar penderita buta warna dalam segala jenis mengalaminya sejak lahir. Hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik. Apabila Anda memiliki orang tua dengan riwayat buta warna, Anda pun rentan mengalaminya juga.
Dampak deuteranomali bagi kesehatan
Secara garis besar, deuteranomali tidak akan menimbulkan gejala yang membahayakan. Apabila buta warna dialami sebagian bawaan lahir dan disebabkan oleh faktor genetik, kondisi ini tidak berbahaya bagi kesehatan dan tidak perlu melalui upaya pengobatan khusus.
Akan tetapi, bila buta warna yang dialami bukanlah bawaan lahir dan disebabkan oleh faktor-faktor lain, Anda mungkin akan dianjurkan untuk menjalani pengobatan demi menjaga kesehatan mata Anda. Beberapa faktor yang menyebabkan buta warna di luar faktor genetik antara lain:
- Faktor usia
- Kerusakan fisik dan kimia pada mata
- Kerusakan pada bagian otak yang memproses informasi warna
- Katarak
- Kerusakan pada saraf optik
Dokter bisa memberikan anjuran pengobatan apabila buta warna yang Anda alami memang disebabkan oleh kerusakan saraf tertentu dan mengancam kesehatan Anda.
Namun, sebagian besar penderita buta warna tidak diharuskan untuk menjalani pengobatan. Tidak ada gejala yang akan mengganggu aktivitas sehari-hari Anda. Walaupun, Anda mungkin tidak bisa menjalani beberapa macam pekerjaan bila Anda menderita buta warna, seperti profesi sebagai pilot, desainer, dan lain sebagainya.
Bagaimana deuteranomali bisa terjadi?
Pada dasarnya, mata manusia bekerja seperti kamera. Di bagian depan terdapat lensa yang bertugas untuk memfokuskan gambar di bagian dalam belakang mata Anda. Area itu disebut dengan retina.
Retina dilapisi oleh sel-sel saraf khusus yang mengandung pigmen warna. Pigmen ini akan bereaksi terhadap cahaya.
Kerucut pada mata adalah bagian dari mata yang mengontrol warna. Terdapat beberapa pigmen pada kerucut mata Anda.
Ketika seseorang menderita deuteranomali, terjadi gangguan pada pigmen di kerucut mata Anda, membuat Anda kesulitan mengenali warna.
Secara khusus, ini akan terjadi ketika fotopigmen kerucut hijau tidak bekerja dengan seharusnya, membuat warna kuning dan hijau terlihat lebih merah dan sulit membedakan warna biru dari ungu.
Mengatasi buta warna deuteranomali dalam kehidupan sehari-hari
Jika Anda menderita buta warna, kesulitan dalam membedakan warna mungkin tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, namun bisa menyebabkan Anda cukup frustasi untuk melakukan hal sederhana, seperti memilih warna baju. Karena itu, berikut ini beberapa tips mengatasi buta warna dalam kehidupan sehari-hari:
- Memasang label nama warna
Langkah ini efektif dilakukan untuk penderita buta warna anak-anak. Dengan adanya label nama warna pada benda-benda di rumah, anak Anda bisa mendapatkan gambaran mengenai warna dari setiap benda, sekaligus melatih anak untuk mengenali nama-nama warna tersebut.
- Menggunakan aplikasi
Ada banyak aplikasi di smartphone yang bisa mendukung penderita buta warna. Aplikasi-aplikasi itu bekerja dengan mengambil gambar dari suatu benda dan mendeteksi warna dari benda tersebut. Ketika membeli baju, Anda bisa mendapatkan gambaran mengenai warna dari baju tersebut dengan menggunakan aplikasi.
- Bertanya pada orang lain
Salah satu cara efektif lainnya adalah menanyakan warna dari suatu benda pada orang lain. Anda tidak perlu merasa malu jika tidak bisa mendeteksi warna. Meminta bantuan dari orang lain akan jauh lebih memudahkan aktivitas harian Anda.
Itulah beberapa cara yang bisa dilakukan sebagai penderita deuteranomali untuk memudahkan aktivitas sehari-hari. Anda tidak perlu perawatan khusus untuk mengobatinya.
Diposting pada : Jumat, 30 Oktober 20 - 09:09 WIB
Dalam Kategori : BUTA WARNA, GANGGUAN PENGLIHATAN, PENYAKIT MATA
Dibaca sebanyak : 670 Kali
Tidak ada komentar pada blog ini...
Anda harus Login terlebih dahulu untuk mengirim komentar
Facebook Feedback