Apakah Atresia Esofagus Bisa Dideteksi sejak Bayi dalam Kandungan?
Bayi yang mengalami atresia esofagus memiliki kemungkinan masalah gizi jangka panjang sehingga bayi akan menderita gizi kurang atau gizi buruk. Parahnya, jika kelainan ini tidak ditangani segera maka bayi bisa mengalami kematian. Atresia esofagus merupakan kelainan dimana esofagus (kerongkongan) dan saluran pencernaan di bawahnya tidak tersambung. Akibatnya, ASI yang diberikan tidak dapat dicerna oleh tubuh.
Penanganan sejak awal menjadi kunci agar bayi bisa kembali normal. Oleh karena itu, dibutuhkan deteksi yang bahkan bisa dilakukan sejak bayi dalam kandungan.
Teknik deteksi saat bayi di kandungan
Lewat teknologi canggih yang semakin hari semakin berkembang, kelainan pada bayi pun bisa dideteksi bahkan sebelum lahir. Berikut ini merupakan beberapa teknik yang bisa dilakukan:
· Ultrasonografi janin resolusi tinggi
Teknik ini dilakukan oleh spesialis ultrasonografi dan termasuk dalam teknik non-invasif atau tidak menyebabkan kerusakan kulit atau organ, serta tanpa memasukkan alat ke dalam tubuh pasien. Gelombang suara frekuensi tinggi yang dipantulkan akan diterjemahkan menjadi gambar janin secara detail. Ultrasonografi janin resolusi tinggi juga bisa digunakan untuk memantau perkembangan organ saat dalam kandungan sehingga kelainan atresia esofagus dapat diketahui.
Selain atresia esofagus, jenis cacat lahir yang berkaitan dengan tulang belakang, anus, jantung, dan anggota tubuh juga bisa dideteksi. Gambar yang dihasilkan dalam bentuk 3-D maupun 4-D.
· Ekokardiografi janin
Pada dasarnya, teknik yang digunakan yaitu menggunakan prosedur ultrasonografi resolusi tinggi. Akan tetapi, teknik ekokardiografi dikhususkan untuk mendeteksi struktur dan fungsi jantung saat dalam rahim. Deteksi menggunakan teknik ini penting dilakukan karena atresia esofagus juga berhubungan dengan kondisi jantung.
· MRI janin
Sama seperti teknik yang lainnya, MRI janin tergolong teknik non-invasif. MRI janin menggunakan konsep magnet dan gelombang radio yang dihubungkan ke komputer untuk menunjukkan hasil gambar berupa organ janin secara detail.
Ibu dipindai ke dalam mesin MRI selama beberapa menit, namun jangan khawatir karena MRI tidak akan menyebabkan rasa tidak nyaman. MRI tergolong aman karena tidak menimbulkan efek radiasi sehingga cocok untuk ibu hamil.
Pada dasarnya USG secara umum dapat mengetahui tanda atresia esofagus meskipun deteksi tersebut tergolong masih sangat lemah. Janin yang memiliki perut kecil atau tidak normal serta banyaknya cairan ketuban di dalam perut ibu bisa menjadi pertanda. Oleh karena itu, agar lebih detail, dibutuhkan teknik-teknik di atas. Bagiamanapun juga, diagnosis secara pasti baru bisa dilakukan setelah bayi lahir.
Cara penanganan setelah lahir
Bayi baru lahir yang mengalami kelainan atresia esofagus pada umumnya bisa bernapas normal. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, bayi tidak bisa menyusu sehingga diperlukan pemberian zat gizi melalui infus. Kemudian tabung hisap kecil akan dimasukkan ke dalam esofagus bayi untuk menjaga air liur tidak masuk ke trakea menuju paru-paru. Hal ini dilakukan jika bayi juga mengalami trachoesophageal fistula (TFE), kondisi dimana esofaus dan trakea bayi menyambung, yang mayoritas terjadi bersamaan dengan atresia esofagus.
Atresia esofagus membutuhkan operasi untuk memperbaiki kondisi esofagus dna trakea sehingga kembali normal. Biasanya, operasi ini dilakukan saat bayi berusia dua atau tiga hari. Sebelum dilakukan operasi, bayi dibius total dan akan menginap ke NICU setelah operasi selesai. Ventilator juga dibutuhkan untuk membantu pernapasan bayi.
Selama kehamilan, sebaiknya ibu melakukan pola hidup sehat seperti mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga yang aman dan rutin, istirahat cukup, serta rajin melakukan pengecekan ke dokter. Diposting pada : Rabu, 21 Oktober 20 - 16:18 WIB
Dalam Kategori : ATRESIA ESOFAGUS
Dibaca sebanyak : 711 Kali
Tidak ada komentar pada blog ini...
Anda harus Login terlebih dahulu untuk mengirim komentar
Facebook Feedback